Rabu, 29 Desember 2010

Fakta-fakta


FAKTA-FAKTA
Bangun pagi
Mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat subuh
Belajar untuk presentasi mata kulia kewirausahaan
Mandi
Suasana kamar mandi sangat ramai seperti pasar
Berangkat menuju kampus
Membeli Koran didepan kampus
Di jalan bertemu anak satu kelas mata kuliah kewirausahaan
Masuk kelas
Perkuliaan kuang kondusif diakibatkan LCD mati
Setelah diperbaiki ternyata laptopnya yang error
Di ganti laptop yang lain
Setelah persentasi  mata kuliah kewirausahaan selesai
Masuk kelas lagi mengikuti perkuliahan masail fiqiyah
Ruang perkuliahan dipakai anak semester 5
Terjadi perdebatan antara ketua kelas semester 5 dengan ketua semester 7
Dalam perdebatan tersebut Anak semester 5 tidak mau mengalah
Akhirnya temen-temen mengalah dan pindah keruang A110
Perkuliahan dimulai
Suasana perkuliahan agak kacau tetapi dapat dikendalikan oleh dosen yang bersangkutan
Bapak dosen mulai mengabsen
Salah satu mahasiswa disebut nama perempuan padahal laki-laki
Suasana kembali ramai sekali
Perkuliahan dimulai
Bapak dosen mulai menerangkan mata kuliah masail fiqiyah
Perkuliahan kurang kondusif diakibatkan dosen mengajar menggunakan metode ceramah
Anak-anak bergurau sendiri
Temen-temen ada yang tidur
Baca komik
Membaca buku yang lain
Bermain HP
Ada yang membuat bunga dari tisu
Ngomong sendiri
Perkuliahan selesai
Pulang menuju kos
Makan dan minum kopi bersama temen-temen kelas
Mencuci pakaian di kamar mandi
Mengambil air wudlu untuk melaksakan sholat dhuhur
Tidur
Bermain game dilaptop
Mandi dan mengambil air wudlu untuk melasanakan sholat ashar
Bemain bola di kampus
Memasukan bola kegawang lawan
Bermain bola selesai
Pulang menuju kos
Mandi dan mengambil air wudlu untuk melasakan sholat magrib
Meresum tugas menejemen dakwa
Makan
Mengambil air wudlu untuk melasakan sholat isya’
Rapat organisasi ipnu-ippnu
Makan-makan bersama anak-anak organisasi
Pulang menuju kos
Membaca Koran
Keluar kamar
Ngenet di sumbersari gg 1
Terjadi kecelakaan dijalan raya
Temenku yang menjadi korban kecelakaan
Dibawa kerumah sakit
Pulang dari ngenet
Belajar tasawuf
Tidur



  

Radar malang


RADAR MALANG
Nama : M Imron R
Nim : 07110102
Kelas : A
Ketika itu, mata kuliah jurnalistik dialihkan yang mana bertempat di jawa post radar malang.salah satu dari orang yang bekerja disana memberikan meteri sedikit tentang ruang lingkup jawapost dan lain-lain.salah satunnya pentingnya menulis dan membaca. Menulis adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk menghasilkan karya yang mana dapat bermanfaat pada diri sendiri dan orang lain. Seperti halnya sebagai pekerja di jawa post radar malang, mereka mencari informasi yang akurat kemudian di edit dan ditulis atau di benahi sekiranya kata-kata yang tepat untuk dipublikasikan di media seperti koran,bahwa hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang penulis dalam hal ini beliau mengkhususkan wartawan sesuai dengan profesi beliau. Beliau menjelaskan  dalam meliput berita harus memenuhi kriteri 5W+ 1 H, yaitu:
1.      What ( Apa)
2.      Who ( Siapa)
3.      When ( Kapan) 
4.      Why ( Kenapa)
5.      Where ( Dimana)
6.      How ( Bagaimana)
Beliau juga memberikan stimulus, betapa pentingnya menulis,sering-seringlah untuk melakukan mencari informasi dengan membaca dan menulis.kemudian ada juga menulis trik apa yang telah dikatakannya yakni :
1.    Tulis apa saja : tulis apa saja yang ada di otak atau suatu informasi yang telah di dapat.jangan memikirkan kata-kata apa yang sekiranya baik. Sampai semua sumber dan data yang diperoleh sudah habis.
2.    Edit : setelah itu, mengedit tulisan yang sebelumnya tadi, sekiranya mana tulisan atau kata yang kurang enak dan pas untuk dirubah.
3.    Setelah ada inpirasi, jangan membaca tulisan awal. Karena nantinya akan membuat penulis jadi bingung.antara tulisan awal dengan tulisan yang akhir.
Jadi dalam penulisan suatu berita untuk ditekankan ada unsur 5W 1H, agar suatu informasi akan lebih valid.
Sebagai dunia jurnalistik,Jawa post radar malang memilki istilah “wartawan”. Dan wartawan memiliki kode etik, kode etik tersebut tersebut adalah wartawan haruslah melindungi dan menjaga privasi narasumber, wartawan harus melindungi anak-anak dibawah umur, wartawan tidak boleh menulis hal-hal yang tidak berimbang, wartawan boleh melakukan hak tolak, dan terpenting adalah wartawan tidak boleh plagiat atau mengambil tulisan orang.
Kode etik wartawan di atas merupakan hal yang wajib dipatuhi oleh para wartawan. Jika mereka melanggar maka akan mendapatkan sanksi baik bersifat intern maupun sanksi moral. Dalam mencari informasi seorang Wartawan harus mencari selengkap-lengkapnya, apa adanya, tidak dibuat-buat. Setelah itu diolah (diketik kembali dengan kata-kata yang baku,para wartawan bertugas mencari informasi terkini seputar di kota dan kab.malang. yang mana nantinya sumber informasi yang di dapat akan dikumpulkan di jawapost
Adapun pembagian tugas, ada yang mencari info atau berita tentang kriminal, pendidikan,olahraga, pemkot batu dll.Kemudian ada redaksi/ redaktur, kemudian bagian layout yang mana membentuk susunan grafis seperti yang dilakukan oleh bapak yudo. Kemudian ada juga bagian fotographer , kemudian di laporkan dan diserahkan pada redaktur. Untuk itu struktur yang ada di dalam sebuah kantor media khusunya di Radar Malang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian:
1.       Tim Redaktur
2.      Editor
3.      Lay-Out
4.      Foto Grafer
5.      Desain Grafis
6.      pra-Cetak, dan sebagainya.
Lebih jelasnya proses pembuatan atau percetakan koran selanjutnya yaitu dari Tim Wartawan itu,  khususnya wartawan Radar Malang menyerahkan kepada Tim Redaktur, Untuk diedit kembali hasil berita, informasi, fakta-fakta yang telah didapat.Berasal dari berbagai bidang antara lain Bidang Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan, Politik, Olahraga, dan sebagainya itu diberi batas waktu untuk mengumpulkan batas maksimal sampai jam 22.00 WIB. Kemudian melakukan proses pra-Cetak  yang bertempat di Radar Malang. Kemudian pada malam hari  melakukan proses catak asli yang bertempat di daerah Pakis. Dan paginya sudah bisa dibaca oleh masyarakat. Resume observasi di jawapost malang  tgl 26 oktober 2010
.

Selasa, 28 Desember 2010

PENDIDIKAN DENGAN MODERNISASI

Artikel
PENDIDIKAN DENGAN MODERNISASI
Masalah pendidikan bukanlah  hal yang baru, sudah berulang kali topik mengenai pendidikan diketengahkan keberbagai media masa. Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia mengembangkan lembaga pendidikan sekolah sebagai mainstraim sistem pendidikan nasional (Rohim, 200: 9). Secara pragmatis, hal itu dilakukan untuk memudahkan pengelolaan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan nasional secara keseluruhan masih bersifat sentralistis, sehingga kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan.
Secara real, arah kebijakan pembangunan pendidikan menurut GBHN 1994-2004 adalah sebagai berikut:
1)    Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti;
2)    Meningkatkan kemampuan akademik dan professional serta menigkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga tenaga kependidikan; dan
3)    Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa deversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik. Penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, secara deversifikasi jenis pendidikan secara frofesional (Depag RI, 2003: 61).
Isi dari kebijakan tersebut ada delapan point, namun ketiga point di atas dapat mewakili delapan point kebijakan tersebut. Dari penjelasn tiga poin kebijakan itu, dapat disimpulkan bahwa arah kebijakan pembangunan pendidikan menurut GBHN tersebut adalah untuk mengupayakan pendidikan nasional yang bermutu demi kemaslahatan bangsa. Selain itu, arah kebijakan tersebut bertujuan untuk memudahkan dan mensetarakan pendidikan
Jika melihat Undang-Undang Sisdiknas tentang Paradigma Baru Pendidikan Nasional tanggal 11 Juni 2003, dapat dipetik point-point yang diarahkan sebagai sasaran pendidikan, yaitu;
Ø    Pertama, tentang demokrasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tercantum dalam bab tiga tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan (pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan junjungan tinggi hak azazi manusia… dts (ayat 1) (Depag RI, 2003: 2). Adanya desentralisasi menjadikan pendanaan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat (pasal 46 ayat 1).
Ø    Kedua, peran serta masyarakat, demokratisasi penyelenggaraan pendidikan harus mendorong pemberdayaan masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, oraganisasi profesi, dan oraganisasi kemasyrakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan (pasal 54 ayat 1)(Depag RI, 2003: 4).
Ø    Ketiga, tantangan global yang melanda dunia yang mengharuskan pendidikan bertaraf internasional (pasal 50 ayat 3). Untuk itu perlu dibentuk suatu badan hukum pendidikan formal, baik pendidikan yang didirikan pemerintah maupun masyarakat.
Ø    Keempat, kesetaraan dan keseimbangan antara pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat.
Ø    Kelima, jalur formal, nonformal, dan informal, dengan meniadakan istilah jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah.
Ø    Keenam, peserta didik, dengan menempatkan mereka sebagai subyek pendidikan. Hal ini menunjukkan keberpihakan Undang-Undang Sisdiknas kepada peserta didik terutama kepada peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi.
Komentar;
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya Pendidikan  adalah  usaha  sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan memberikan pengetahuan kearah kedewasaan. Sedangkan modernisasi adalah akar dari modernis, pemikiran tentang pembaharuan. Jadi modenisasi merupakan prasyarat bagi kebangkitan pemikiran dan pembaharuan bagi pembangunan.
Modernisasi yang lebih dikenal dengan istilah "pembagunan" (development) adalah proses multidimensional yang kompleks (Azra, 2000: 31). Modernisasi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan  prasyarat bagi pembagunan tersebut. Pada satu sisi, pendidikan dipandang sebagai suatu variable modenisasi. Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan tercapainya tujuan modernisasi atau pembangunan. Tanpa pendidikan yang memadai, akan sulit bagi masyarakat untuk mencapai kemajuan (Azra, 2000: 31). Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu kearah modernisasi. Pendidikan sering dianggap sebagai obyek modernisasi, dengan kata lain tergantung dari pengamatan dan  sudut pandang yang melihatnya. Dalam tataran masyarakat modern, pendidikan harus bergerak kearah pembagunan. Sebagaimana dikemukakan Azra (2000: 32)
Pendidikan dalam masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak kearah modern (moderinizing) pada dasarnya berfungsi untuk meberikan kaitan antara anak didik dan lingkungan sosio-kulturalnya yang terus berubah. Dalam banyak hal pendidikan secara sadar digunakan sebagai intrumen untuk perubahan dalam sistem politik dan ekonomi.
Dapat disimpulkan bahwa relasi pendidikan dengan modernisasi merupakan dua factor yang saling menghubungkan antara keduanya, karena pendidikan sebagai prasyarat untuk menuju kearah modernisasi. Tanpa pendidikan yang matang dan terakreditasi, maka modernisasi tidak akan terlaksana dengan sempurna. Sebagai gambaran dapat dilihat sekarang adanya modernisasi pendidikan, artinya meodernkan pendidikan yang disesuaikan dengan tataran zaman.
Modernisasi tersebut dapat berupa pengembangan metode, media (sarana dan prasarana), strategi, teknik, dan sistem pendidikan tersebut. Contohnya dapat dibuktikan pada penyempurnaan KBK menjadi KTSP sekarang, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Rohim, Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Ciputat: Logos Wacana Ilmu. Depag RI. 2003.
Sistem Perencanaan Ditjen Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam.
Depag RI. 2003. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas, Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam.
 Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan Moderniasasi Menuju Mileniun Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=RELASI%20PENDIDIKAN%20DENGAN%20MODERNISASI&&nomorurut_artikel=465

Rabu, 22 Desember 2010

sejarah jurnalistik

Nama    : M Imron R
NIM    : 07110102
Kelas    : A

Sejarah Jurnalistik
Dalam bentuknya yang paling awal, kegiatan jurnalistik dapat kita telusuri sejak zaman peradaban Romawi-Yunani Kuno, dimana cikal bakal surat kabar yang bernama "Acta Diurna" pernah diterbitkan. Berita-berita dan pengumuman ditempelkan Acta Diurna di pusat kota yang kala itu disebut  "Forum Romanum". Atau bahkan lebih awal lagi sejak zaman peradaban Sumeria-Babilonia di lembah sungai Tigris dan Euprat (Irak-Iran).
Kegiatan Perekaman dan penyebaran informasi melalui tulis menulis, semakin meluas sejak masyarakat peradaban Mesir menemukan teknik pembuatan kertas dari serat tumbuhan Phapyrus. Oleh karena itulah kertas dalam bahasa Inggris sekarang disebut paper. Pada zaman-zaman selanjutnya, peradaban Cina, India, dan Arab berperan sangat maju dalam pengembangan dunia tulis menulis ilmiah dan budaya baca-tulis masyarakatnya, sehingga peradabannya dapat berkembang sedemikian majunya memimpin peradaban dunia pada masa itu.
Pada perkembangan selanjutnya, dunia tulis menulis dan jurnalisme-pers semakin maju dan meluas, setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Guttenberg pada abad ke-15 M.

Pengertian Jurnalistik
Secara etimologis, jurnalistik terambil dari bahasa Inggris journalistic, yang berasal dari kata journal atau du jour (bahasa Prancis). Artinya catatan atau berita harian, dimana segala berita pada hari itu termuat dalam lembaran (kertas yang tercetak).
Dari segi kegiatannya, jurnalistik adalah kegiatan kewartawanan dalam mencari, menyusun, menulis, menyunting, dan menerbitkan (mempublikasikan) berita di media massa (baik media massa cetak maupun elektronik).
Kamus istilah jurnalistik, terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, tahun 2003 mendefinisikan jurnalistik dengan: suatu seni kejujuran yang bersangkutan dengan pemberitaan dan persuratkabaran. Makna senada juga terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Di sana ditulis, jurnalistik adalah yang bersangkutan dengan kewartawanan dan persuratkabaran.
Kemudian karena berita itu dicetak (umumnya di atas kertas) dengan mesin cetak press (bahasa Inggris), maka istilah pers juga dipergunakan kepada jurnalistik. Hanya saja, istilah pers lebih sering dipakaikan kepada lembaga yang melakukan kegiatan jurnalistik itu. Drs. Totok Djurato, M.Si. menuliskan bahwa pers lebih dikenal sebagai "Lembaga Kemasyarakatan" (social institution).
Media Jurnalistik
Media-media yang dipakai oleh para jurnalis dan produsen jurnalistik dalam menampilkan obyek jurnal, diantaranya adalah:
a.    Media Verbal
Merupakan media jurnalistik yang mempergunakan kata-kata atau tulisan. Pada awalnya berita disebarluaskan melalui telex (hingga saat ini masih dipergunakan, seperti pada kantor-kantor berita nasional), perkembangan selanjutnya melalui media cetak seperti pada koran dan majalah.
b.    Media Foto
Media gambar diam yang didapatkan dengan tekhnologi kamera, dikenal dengan istilah Fotografi Jurnalistik. Mulai dikenal dan berkembang sejak tahun 1851, berkat jasa wartawan perang pertama, Roger Fenton.
c.    Media Audio
Pemanfaatan tekhnologi audio yang berkembang hingga pada pemberitaan melalui stasiun pemancar radio.
d.    Media Visual
Media gambar bergerak. Lebih banyak diminati, karena lebih mudah dinikmati. Saat ini telah berkembang berkat tekhnologi elektronik audio-visual, sehingga tidak hanya menyaksikan rekaman gambar bisu, namun juga dapat menikmati suaranya.

Proses Kerja Jurnalistik
Karena yang lazim kita geluti dalam dunia kemahasiswaan adalah jurnalistik media cetak, maka secara teknis, berikut ini ditampilkan proses kerja yang dilalui dalam mengantarkan sajian berita dan informasi kepada pembaca:
Rapat Redaksi, yaitu rapat untuk menentukan tema-tema yang akan ditulis dalam penerbitan edisi mendatang. Dalam rapat ini dibahas juga mengenai pembagian tugas reportase.
Reportase. Setelah rapat redaksi selesai, para wartawan yang telah ditunjuk harus "turun ke lapangan" untuk mencari data sebanyak mungkin yang berhubungan dengan tema tulisan yang telah ditetapkan. Pihak yang menjadi objek reportase disebut nara sumber. Nara sumber ini bisa berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, alam, ataupun benda-benda mati. Jika nara sumbernya manusia, maka reportase tersebut bernama wawancara.
Penulisan Berita. Setelah melakukan reportase, wartawan media cetak akan melakukan proses jurnalistik berikutnya, yaitu menulis berita. Di sini, wartawan dituntut untuk mematuhi asas 5 W + 1 H yang bertujuan untuk memenuhi kelengkapan berita. Asas ini terdiri dari WHAT (apa yang terjadi), WHO (siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut), WHY (mengapa terjadi), WHEN (kapan terjadinya), WHERE (di mana terjadinya), dan HOW (bagaimana cara terjadinya).
Editing, yaitu proses penyuntingan naskah yang bertujuan untuk menyempurnakan penulisan naskah. Penyempurnaan ini dapat menyangkut ejaan, gaya bahasa, kelengkapan data, efektivitas kalimat, dan sebagainya.
Setting dan Layout. Setting merupakan proses pengetikan naskah yang menyangkut pemilihan jenis dan ukuran huruf. Sedangkan layout merupakan penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan secara umum. Setting dan layout merupakan tahap akhir dari proses kerja jurnalistik. Setelah proses ini selesai, naskah dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang ditetapkan.

Penulisan Berita
Setelah melakukan wawancara, wartawan media cetak akan melakukan proses jurnalistik berikutnya, yaitu menulis berita. Ada tiga bentuk penulisan berita yang dikenal secara umum, yaitu:
1. Straight News
Merupakan teknik penulisan berita yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Menggunakan gaya bahasa to the point alias lugas.
2.    Inti berita (masalah terpenting dalam berita tersebut) tertulis pada alinea pertama. Makin ke bawah, isi berita makin tidak penting. Dengan demikian, dengan membaca alinea pertama saja, atau cuma membaca judulnya, orang akan langsung tahu apa isi berita tersebut. Sistem penulisan seperti ini dikenal dengan struktur piramida terbalik. 
3.    Jenis tulisan ini cenderung mentaati asas 5 W + 1 H.
4.    Gaya penulisan ini biasanya digunakan oleh surat kabar yang terbit harian. Terbatasnya waktu orang-orang membaca koran, membuat para pengelola surat kabar harus menyusun gaya bahasa yang selugas mungkin, sehingga pembaca akan langsung tahu apa isi suatu berita hanya dengan membaca sekilas.
2. Feature News
Memilik ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Gaya penulisannya merupakan gabungan antara bahasa artikel dengan bahasa sastra, sehingga cenderung enak dibaca.
2.    Inti berita tersebar di seluruh bagian tulisan. Karena itu, untuk mengetahui isi tulisan, kita harus membaca dari kalimat pertama sampai kalimat terakhir. Artinya, jenis berita ini cenderung tidak terikat struktur piramida terbalik.
3.    Asas 5 W + 1 H masih digunakan, tetapi tidak terlalu penting.
4.    Gaya penulisan ini biasanya dipakai oleh majalah/tabloid yang terbit secara berkala. Pembaca biasanya memiliki waktu yang lebih luang untuk membaca majalah/tabloid, sehingga gaya bahasa untuk media ini dapat dibuat lebih "nyastra" dan "bergaya", sehingga pembaca merasa betah dan "menikmati" tulisan tersebut dari awal sampai akhir.


3.  Comprehensif News
Penulisan berita dalam bentuk ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap suatu gejala, fenomena, atau kecenderungan yang hidup di masyarakat..Jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Cenderung ilmiah, memiliki argumentasi dan referensi
2.    Inti berita tersebar di seluruh bagian tulisan. Karena itu, untuk mengetahui isi tulisan, kita harus membaca dari kalimat pertama sampai kalimat terakhir. Artinya, jenis berita ini cenderung tidak terikat struktur piramida terbalik.
3.    Walaupun bercorak ilmiah, ia tetap ditampilkan secara populer, karena akan menjadi konsumsi orang banyak.
4. Investigative News
Jenis ini merupakan yang tersulit, karena membutuhkan ketajaman analisa dan kelengkapan data. Reportase untuk menghasilkan berita jenis ini biasa disebut investigative reporting atau depth reporting. Ciri-cirinya antara lain:
1.    Laporan bercirikan analisis mendalam terhadap sebuah peristiwa.
2.    Biasanya melibatkan banyak reporter dan narasumber.
3.    Laporan yang ditampilkan tidak hanya sekedar mengungkap unsur berita 5 W + 1 H, tapi penekanannya lebih pada analisis why-nya (mengapa, apa sebab-sebab peristiwa) dan how-nya (bagaimana kelanjutan ceritanya, bagaimana efek peristiwa, dll.).
4.    Dalam majalah-majalah mingguan, biasanya berita jenis ini dimuat dalam rubrik Liputan Khusus atau Laporan Utama.
5.    Proses reportase untuk melahirnya laporan seperti ini biasanya memiliki resiko lebih besar. Karena bersifat mendalam (depth) dan penyelidikan (investigative), wartawan harus menjalankan peran seorang intelijen dalam menguak tabir pada kasus atau permasalahan yang akan ia laporkan.

Nilai Berita
Layak atau tidaknuya suatu berita untuk ditampilkan, dapat diperiksa dengan menilai sifat-sifatnya. Cara menilainya antara lain dengan rumus CoHPPT, yang merupakan singkatan dari Consequencies, Human Interest Prominance, Proximity, dan Timelines. Artinya, peristiwa yang kita temui, kita ketahui, atau kita lihat dinilai layak menjadi berita bila memenuhi salah satu atau beberapa dari unsur rusmusan CoHPPT ini:
1.    Consequencies (dapat membawa akibat yang luas bagi orang banyak). Misalnya peristiwa kenaikan harga BBM (bahan baker minyak), atau peristiwa lengsernya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenannya. Konflik sosial-politik yang menimbulkan ketegangan juga layak menjadi berita, karena mempunyai akibat besar dan luas bagi masyarakat banyak.
2.    Human interest (menarik dari sudut kepentingan kemanusiaan). Misalnya peristiwa gempa bumi atau banjir yang banyak membawa korban.
3.    prominence (melibatkan tokoh terkemuka, orang penting, atau orang terkenal). Misalnya peristiwa kematian Lady Diana, Putri Kerajaan Inggris
4.    proximity (terjadinya dekat dengan tempat tinggal para pembaca atau pemirsa). Peristiwa yang terjadi di negeri kita, akan lebih menarik perhatian kita dari pada peristiwa yang terjadi di negeri asing yang jauh. Secara naluriah, manusia lebih menyenangi sesuatu yang lebih dekat dengan lingkungannya sendiri, daripada lingkungan orang lain.
5.    Timelines (baru saja terjadi). Maksudnya ada kedekatan jarak waktu antara terjadinya peristiwa dengan waktu diberitakannya.

Prinsip Dasar Tugas Jurnalistik
Untuk menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas, seorang wartawan hendaknya mematuhi prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik. Beberapa di antaranya adalah:
Wartawan harus menulis berdasarkan prinsip both sides writing. Artinya, dalam membahas suatu masalah, mereka harus menampilkan pendapat dari pihak yang pro dan yang kontra. Ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan opini.
Dalam melakukan wawancara, wartawan harus menghargai sepenuhnya hak-hak nara sumber. Wartawan tidak boleh memuat hasil wawancara yang oleh nara sumber dinyatakan of the record. Bagi nara sumber yang merupakan saksi mata sebuah kejahatan atau menjadi korban perkosaan misalnya, wartawan wajib merahasiakan identitas mereka. Ini bertujuan untuk menjaga keselamatan atau nama baik nara sumber.
Wartawan tidak selayaknya memasukkan opini pribadinya dalam sebuah karya jurnalistik. Yang seharusnya ditampilkan dalam tulisan adalah opini para nara sumber.
Setiap pernyataan yang terangkum dalam karya jurnalistik hendaknya disertai oleh data yang mendukung. Jika tidak, pers dapat dianggap sebagai penyebar isu atau fitnah belaka. Akibatnya, kepercayaan masyarakat terhadap pers menjadi berkurang. Bahkan pihak yang "terkena" oleh pernyataan yang tanpa data tadi, dapat menggiring pengelola pers ke pengadilan.
Inilah sebahagian dari dasar-dasar jurnalistik yang ditampilkan secara sekilas. Diharapkan ini dapat menjadi stimulan (pendorong) untuk mendalami lebih jauh dunia jurnalistik yang memang menarik, menantang, dan menjanjikan. Berani?

pendidikan dengan modernisasi

PENDIDIKAN DENGAN MODERNISASI
Masalah pendidikan bukanlah  hal yang baru, sudah berulang kali topik mengenai pendidikan diketengahkan keberbagai media masa. Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia mengembangkan lembaga pendidikan sekolah sebagai mainstraim sistem pendidikan nasional (Rohim, 200: 9). Secara pragmatis, hal itu dilakukan untuk memudahkan pengelolaan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan nasional secara keseluruhan masih bersifat sentralistis, sehingga kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan.
Secara real, arah kebijakan pembangunan pendidikan menurut GBHN 1994-2004 adalah sebagai berikut:
1)    Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti;
2)    Meningkatkan kemampuan akademik dan professional serta menigkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga tenaga kependidikan; dan
3)    Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa deversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik. Penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, secara deversifikasi jenis pendidikan secara frofesional (Depag RI, 2003: 61).
Isi dari kebijakan tersebut ada delapan point, namun ketiga point di atas dapat mewakili delapan point kebijakan tersebut. Dari penjelasn tiga poin kebijakan itu, dapat disimpulkan bahwa arah kebijakan pembangunan pendidikan menurut GBHN tersebut adalah untuk mengupayakan pendidikan nasional yang bermutu demi kemaslahatan bangsa. Selain itu, arah kebijakan tersebut bertujuan untuk memudahkan dan mensetarakan pendidikan.

Jika melihat Undang-Undang Sisdiknas tentang Paradigma Baru Pendidikan Nasional tanggal 11 Juni 2003, dapat dipetik point-point yang diarahkan sebagai sasaran pendidikan, yaitu;
Ø    Pertama, tentang demokrasi dan desentralisasi (otonomi daerah) tercantum dalam bab tiga tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan (pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan junjungan tinggi hak azazi manusia… dts (ayat 1) (Depag RI, 2003: 2). Adanya desentralisasi menjadikan pendanaan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat (pasal 46 ayat 1).
Ø    Kedua, peran serta masyarakat, demokratisasi penyelenggaraan pendidikan harus mendorong pemberdayaan masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, oraganisasi profesi, dan oraganisasi kemasyrakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan (pasal 54 ayat 1)(Depag RI, 2003: 4).
Ø    Ketiga, tantangan global yang melanda dunia yang mengharuskan pendidikan bertaraf internasional (pasal 50 ayat 3). Untuk itu perlu dibentuk suatu badan hukum pendidikan formal, baik pendidikan yang didirikan pemerintah maupun masyarakat.
Ø    Keempat, kesetaraan dan keseimbangan antara pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat.
Ø    Kelima, jalur formal, nonformal, dan informal, dengan meniadakan istilah jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah.
Ø    Keenam, peserta didik, dengan menempatkan mereka sebagai subyek pendidikan. Hal ini menunjukkan keberpihakan Undang-Undang Sisdiknas kepada peserta didik terutama kepada peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi.

Selasa, 21 Desember 2010

Menulis Berita dan Artikel


Apa itu berita?
Berita adalah kumpulan dari fakta-fakta nyata yang disusun menjadi satu informasi utuh dan komprehensif. Sebuah kumpulan fakta yang memenuhi unsur berita setidaknya wajib memiliki unsur 5 W 1 H.

Siapa yang berhak membikin berita?
Tidak hanya jurnalis/wartawan, tapi semua orang. Karena pada dasarnya setiap hari antar-orang sudah membuat berita. Hanya saja kebanyakan tidak disampaikan secara teks, tapi audio (pembicaraan). Jadi pada prinsipnya Anda semua adalah wartawan.

Bagaimana cara membuat berita?
Ada empat tahapan yang dapat dikerjakan seorang pembuat berita. Yakni (1) how to get, (2) how to comphare, (3) how to write, (4) how to expose.

Mengapa begitu?
Empat langkah itu merupakan pekerjaan seorang jurnalis dalam menyampaikan informasinya pada pembaca/pendengar/pemirsa. Tahapan-tahapan itu tentu sebenarnya sudah sering kita lakukan meski kadang kita tidak menyadarinya.

Bagaimana memulai tahapan-tahapan itu?
Pertama, how to get. Bagaimana seseorang mencari dan mengumpulkan fakta-fakta informasi yang akan disampaikan. Fakta-fakta itu bias berupa, (1) data hasil wawancara, (2) data hasil pengamatan panca indera, (3) data angka-angka kuantitatif, dan (4) data knowledge asset yang kita miliki.  

Lalu, cara mendapatkan data-data itu?
(1)   Fakta wawancara tentu mendapatkannya berasal dari narasumber. Karena itu sebelum menemukan narasumber, (a) tentukan dulu apa yang akan Anda tulis, (b) berapa narasumber yang Anda butuhkan, (c) data dan fakta apa yang Anda tanyakan pada narasumber. Jika tiga persiapan itu sudah terpenuhi maka kumpulkanlah fakta-fakta sebanyak-banyaknya. Fakta bisa berupa fakta kualitatif dan kuantitatif.
(2)   Fakta yang didapat dari pengamatan itu bisa kejujuran subjektivitas Anda atau hasil pengamatan orang lain yang Anda ceritakan ulang.
(3)   Data-data angka di sini adalah data kualitatif.
(4)   Knowledge asset di sini adalah pengetahuan Anda tentang berita yang akan Anda tulis. Dengan catatan besar bahwa knowledge asset Anda adalah jujur, tidak mengada-ada, atau mereka-reka.

Bagaimana memulai how to comphare?
Setelah semua fakta-fakta yang anda butuhkan untuk membuat berita, maka tugas Anda adalah menyatukan fakta-fakta yang terpisah itu menjadi satu kesatuan. Fakta yang saling mendukung disatukan menjadi satu pokok bahasan. Sedang fakta yang berbeda bisa dibuat berita tersendiri. Proses seperti ini disebut peng-angel-an.

Apa itu angle berita?
Angle adalah sudut pandang. Jadi angle berita adalah sudut pandang yang berbeda dalam berita.

Caranya?
Peng-angel-an dapat dilakukan dengan melihat sisi nilai beritanya. Yakni (1) aktualitas, (2) kedekatan (proximity), (3) getaran (magnitude), (4) sesuatu yang baru (new), (5) ketokohan, (6) menyentuh (human interest), (7) dramatik, (8) situasional, (9) sensasional, (10) tren.

Kalau sudah bisa membuat satu kesatuan utuh, bagaimana menulisnya (how to write)?
Menulis berita sama dengan bercerita. Bahasanya dengan bahasa sehari-hari. Karena penerima informasi Anda adalah semua orang dari level yang berbeda-beda.

Apa saja yang harus terpenuhi?
Yang pasti adalah 5 W 1 H. Lalu, untuk menjaga agar informasi yang sedikit tapi sudah sampai (meski tidak lengkap), dikenallah istilah lead (kepala) berita. Lead bukan kesimpulan berita, tapi kepala berita. Sebuah lead dalam berita terletak pada paragraf pertama.

Apa macam-macam berita?
Ada; (1) strait news (singkat, padat, cepat), (2) features (berisi gambaran, suasana, diskriptif sifatnya), (3) depth news (panjang, mendalam, dan investigative sifatnya).

Bagaimana mebuat berita agar enak dibaca?
Mudah. Bahasanya bikin bahasa sehari-hari. Kalimatnya tidak panjang, pendek-pendek saja. Atau kalimat berirama; pendek-pendek-panjang, pendek-panjang-pendek, dll. Selain itu logikanya mengalir.

Cara membuat logika mengalir bagaimana?
Berpikir sesuai abjad. A-B-C-D-..dst.

Terakhir, how to expose?
Bebas. Informasi bisa disampaikan lewat media apa saja. Tulisan (koran, majalah, tabloid, bulletin, selebaran, web, blog, dll), lisan (cerita ke teman, radio, dll), coretan (lukisan dll), foto.

Bagaimana menulis artikel?
Sebelum menulis artikel, sebaiknya mengenal tiga penyakitnya. Yakni, (1) keinginan besar, tapi tak punya ide; (2) sudah punya ide tapi tak bisa memulai; dan (3) sudah bisa memulai tapi berhenti di tengah jalan. 

Bagaimana mengatasinya?
(1)   Jika ingin menulis tapi tak punya ide, kembalikan pada: (a) aktualitas, (b) magnitude, (c) situasional, (d) new.
(2)   Untuk memulainya coba gunakan; (a) cerita fiksi, (b) kutipan langsung/tak langsung, (c) data-data, dan (e) knowledge asset kita.
(3)   Berhenti di tengah jalan, atasi dengan; (a) buatlah poin-poin pikiran per paragraf, (b) ingatkan kembali apa yang menjadi tujuan awal Anda menulis, (c) berhenti lalu tanyalah pada diri Anda sendiri tentang hal-hal yang belum tertuang dalam tulisan itu.

Bagaimana menembus media massa?
(1)   Perhatikan misi dan karakteristik media itu, sebab setiap media memiliki misi yang berbeda soal penerimaan artikel.
(2)   Perhatikan tata cara yang sudah diberikan media pada penulis dari luar.
(3)   Pakailah bahasa yang sesuai dengan nafas media yang dituju.
(4)   Kirim lewat email atau surat (dengan identitas dan rubrik yang dituju dengan jelas).
(5)    Anda bisa confirm ke penanggung jawab rubrik artikel untuk menanyakan apa artikel anda sudah masuk.

Jika tidak diterima?
Ya sabar saja. Saya saja dulu pengalaman menulis di koran terhitung pada tulisan ke 149 baru diterima. Yang penting coba dan coba lagi.

Ada lagi?
Tidak ada. Dan terima kasih, kita bahas dalam latihan.